Boikot Terhadap Brand-Brand Pro-Israel Memengaruhi Saham Perusahaan Besar Dunia

FEATUREEKONOMI

Jurnalis Muda 12

10/31/20231 min baca

Haluan Demokrasi - Sejumlah negara dengan mayoritas Muslim sedang melakukan boikot terhadap brand-brand yang mendukung Israel sebagai bentuk protes atas serangan Israel yang dinilai melanggar hak asasi manusia di Gaza. Inisiatif ini dipimpin oleh gerakan "Boikot, Divestasi, Sanksi" (BDS) yang mendorong pemboikotan, divestasi, dan sanksi ekonomi terhadap Israel.

Beberapa brand ternama berbasis AS seperti Starbucks, McDonald's, Netflix, Pepsi, KFC, dan Disney, yang secara terbuka mendukung Israel, menjadi sasaran utama boikot ini. Starbucks bahkan menggugat serikat pekerjanya setelah serikat tersebut menyatakan solidaritas dengan warga Palestina, memicu seruan untuk memboikot kafe tersebut. McDonald's juga mengumumkan pemberian makanan gratis kepada anggota militer Israel, yang menyebabkan reaksi balik dari konsumen yang ingin memboikot.

Selain itu, beberapa perusahaan besar dunia yang mendukung Israel mengalami penurunan harga saham yang signifikan akibat aksi boikot ini. Misalnya, saham PepsiCo turun ke level terendah sejak November 2021, saham Walt Disney turun, saham McDonald's mencapai level terendah sejak Oktober 2022, saham Starbucks juga terkena dampak, dan saham Netflix mengalami volatilitas. Bahkan saham KFC mengalami penurunan tajam.

Boikot ini telah mempengaruhi harga saham beberapa perusahaan besar di Wall Street, dan dampaknya juga terasa di Indonesia melalui emiten yang memiliki merek dagang komersial dari brand-brand ini.

Dengan adanya aksi boikot ini, dukungan brand-brand terhadap Israel telah memicu respons dari konsumen dan berdampak pada kondisi saham perusahaan-perusahaan tersebut.

(*)